Rabu, 16 Oktober 2013

Sisa Nafas Patrimonialisme Indonesia di Era Pasca-Soeharto


Patrimonialisme merupakan sebuah sistem bentukan hubungan dari sang “patron” atau induk dengan “client” atau anak buahnya. Dalam patrimonialisme sang patron bertindak protektif kepada sang client dengan harapan sang client nantinya dapat menjaga kekuasaan atau hegemon sang “patron” yang telah memberikan dukungan pada si “client.” Sehingga, menurut Crouch (1979), kekuasaan sang pemimpin sangat tergantung oleh bagaimana kapasitasnya untuk memenangkan dan mempertahankan loyalitas dari para bawahannya yang berbentuk elit politik.
Patrimonialisme merupakan sebuah bentuk model sistem budaya politik yang telah mengakar di Indonesia sejak era kerajaan pada abad keempat masehi hingga era reformasi (perpolitikan modern). Pemusatan kekuasaan atau sentralisasi kekuasaan merupakan aspek terpenting dari hidupnya sistem patrimonialisme, sehingga peran satu orang yang sangat berkuasa (otokratis) memiliki andil yang besar terhadap keberlangsungan nafas sistem sosial ini. Pada abad ke empat setelah masehi, para pedagang, negarawan, maupun para misionaris yang berasal dari negara-negara Hindu seperti India melakukan ekspansi kebudayaannya menuju Indonesia. Sehingga, pada zaman tersebut kebudayaan di Indonesia yang sebelumnya memiliki keyakinan atas animisme dan dinamisme saja mengalami peleburan atau asimilasi kebudayaan yang akhirnya melahirkan sebuah kepercayaan atas adanya dewa-dewa, politheisme.
Kepercayaan tersebut tak hanya berdampak pada aspek religiusitas semata bagi masyarakat maupun kerajaan yang ada, tetapi juga pada aspek sosial dan politik pemerintahan. Dalam masyarakat tradisional, menurut Gabriel Almond, masih belum ditemukan adanya bentuk sekularisasi kultural maupun diferensiasi struktural. Dalam konteks sekularisasi kultural, dalam masyarakat tradisional masih ada batasan yang jelas atas sang pemimpin dan yang dipimpin. Di dalamnya berkembang adanya mistifikasi-mistifikasi atas sang pemimpin dengan melibatkan bentuk kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat yang luas. Sang pemimpin atau raja merupakan keturunan langsung dari dewa dan maraknya cerita mistis yang mengagung-agungkan kekuatan sang pemimpin dengan berbagai macam mitos dan kemampuan. Sehingga hal tersebut tentu memberikan batas kepada masyarakat biasa bahwa mereka ditakdirkan sebagai yang dipimpin. Sehingga dalam hal ini, peran sang raja merupakan aspek yang sangat penting bagi keberlangsungan sebuah pemerintahan. Hal tersebut ditambah lagi dengan belum terciptanya diferensiasi struktural, dimana dalam konsep tersebut dikenal adanya spesialisasi sistem bagi sang pemimpin. Dimana sekarang dikenal adanya kelembagaan yang fokus dalam kajiannya masing-masing, tetapi pada zaman kerajaan semua pekerjaan dibebankan kepada sang raja. Tentunya hal tersebut mendukung atas hadirnya konsep patrimonialisme yang terpusat pada satu pemimpin semata.
Dalam perkembangannya hingga mencapai dunia modern, tentunya modernisasi atas segala aspek kehidupan kian hari kian mengikis praktek mistifikasi kepada sang pemimpin. Dalam masyarakat yang modern mulai dikenal adanya spesialisasi kelembagaan yang lebih jauh lagi akan menuntut hadirnya para pakar. Selain daripada itu, dengan berkembangnya demokrasi dalam masyarakat, yang notabene telah melegalkan segala bentuk partisipasi kerakyatan dalam pemerintahan, telah menghapuskan tentang adanya batasan kepemimpinan. Legalnya partisipasi publik jelas meluruhkan adanya mitos takdir antara “sang pemimpin” dengan “yang dipimpin” karena masyarakat biasa pun kini dapat ikut andil dalam pemerintahan.
Tetapi perubahan sistem sosial dalam masyarakat telah berubah dengan mudahnya seperti itu? Saya rasa tentu tidak.
Meskipun dengan hadirnya proses demokrasi di era reformasi pasca-1998, demokratisasi terjebak dalam kolom demokrasi formal-elektoral semata. Dalam konteks demokrasi formal, masih banyak ditemukan masyarakat yang hingga kini mengandalkan peran dari kelembagaan untuk membuat sebuah kebijakan, seperti DPR maupun DPRD. Selain daripada itu, masyarakat Indonesia mengenal konsep demokrasi dengan bentuk pemilihan umum semata. Bahwa sesungguhnya, memang benar pemilihan umum merupakan aspek penting dari demokrasi, tetapi pemilihan umum bukanlah satu-satunya praktek demokrasi. Masih sering kita lihat, bahwa kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembentukan kebijakan masih terjadi. Justru apatisme dari masayarakat yang kian hari tidak percaya dengan pemerintahan justu lebih nampak dalam sistem sosial di Indonesia.
Sistem patrimonialisme sangat kerap hubungannya dengan sistem yang oligarkis, dimana kepentingan kelompok atau pun bentuk kepentingan kelompok yang terpusat pada pemimpin (dalam patrimonialisme) merupakan hal yang terpenting untuk terlaksana. Sehingga, dengan adanya sekat dimana masyarakat sipil tidak bisa secara langsung berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan justru mendukung untuk semakin berkembangnya konsep oligarkis, bahkan patrimonialisme. Karena dengan tidak mampunya masyarakat sipil untuk langsung berpartisipasi jelas memberikan ruang yang sangat luas bagi para politisi untuk bertindak atas kepentingannya sendiri. Bukankah pada zaman awal proklamasi Indonesia jirih payah proses memerdekakan bangsa ini terpusat pada kelompok tertentu saja? Lalu mengapa tindakan mereka tak oligarkis ataupun patrimonialis? Indonesia setelah generasi Soekarno-Hatta tidak lagi ditandai dengan kiprah negarawan-pemikir ataupun pemikir-negarawan, melainkan militer, birokrat, ataupun politisi karbitan. Akibatnya, Pancasila maupun UUD 1945 sering tidak konsisten dan tidak bermakna lagi. Para militer, birokrat maupun politisi karbitan sebegitu jauh menampilkan diri sebagai penguasa yang lebih berorientasi jangka pendek mengutamakan akumulasi kekuasaan dan kekayaan, seraya memberangus pemikiran kritis di kalangan masyarakat sipil.
Dengan berdasarkan penjelasan diatas dapat kita tarik suatu benang merah, bahwa sistem patrimonialisme di Indonesia hanya berubah atau bermanifestasi dalam bentuk yang berbeda tanpa adanya peluruhan yang masiv. Ketika sistem patrimonialisme sangat dituding bergejolak pada masa Orde Baru yang otokratis, kini dalam masa reformasi yang dibilang menjunjung tinggi demokrasi justru tetap menampakkan sifat oligarki dalam substansinya ketimbang demokrasi. Demokrasi hanya berjalan secara prosedural tanpa memikirkan aspek substansi yang ada. Masih terlihat, hingga sekarang para politisi bertindak demi perutnya sendiri hingga lupa atas janji yang telah mereka berikan. Presiden (pemimpin) pun hanya bergerak atas kepentingan kelompoknya sendiri. Secara jelas dalam masa pemerintahan Orde Baru bentuk patrimonialisme dibuktikan dengan tindakan Soeharto dalam penganak emasan badan militer, hingga terciptanya konsep dwifungsi ABRI. Lebih jauh lagi, dalam proses pemilihan umum Golkar selalu menjadi partai pemenang dengan memanipulasi bentuk sistem pemerintahan atau kepartaian yang ada. Meskipun corak patrimonialisme sangat ketara dalam pemerintahan Orde Baru, dalam pemerintahan pasca Orde Baru pun masih tampak juga kehadiran dari sistem patrimonialisme. Contohnya, dalam era presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam proses penarikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak mendukung atas konsepsi tersebut berubah haluan menjadi oposisi. Hal tersebut tentu membuktikan terlaksananya sistem patrimonialisme dalam pemerintahan Indonesia kontemporer. Karena PKS, yang notabene merupakan client, tidak lagi mendukung proses politik yang dirangkul oleh sang patron yaitu presiden maupun kamu elit, sehingga PKS pun harus hengkang dalam aliansi kepartaian sang patron.
Dapat disimpulkan bahwa hingga kini bentuk patrimonialisme hanya bermani-festasi kedalam bentuk yang berbeda. Dengan masih adanya sekat yang memisahkan para masyarakat sipil dalam proses pembuatan kebijakan secara langsung dengan para politisi yang bekerja secara tertutup akan tetap menumbuhkan sistem patrimonialisme yang ada di pemerintahan Indonesia. Karena dengan adanya pemisah tersebut kepen-tingan kelompok dalam bentuk hubungan patron-client antara pemimpin dan elit menjadi susah untuk tidak terhindarkan.
————-
Crouch, Harold. 1979. Patrimonialism and Military Rule in Indonesia. Cambridge:Cambridge University Press.
Revida, Erika. 2005. Korupsi di Indonesia: Masalah dan Solusinya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Scott, James. 1972. Patron-Client Politics and Political Change in Southeast Asia. The American Political Science Review. Vol. 66.

Rabu, 02 Oktober 2013

Materi Gelap dan Energi Gelap

Belum lagi orang bisa memecahkan misteri tentang materi gelap (dark matter) alam semesta, sekarang ditemukan fenomena yang lebih muskil lagi, yaitu dark energy (energi gelap).

Apa itu dark matter? Apa itu dark energy? Harap tidak keliru diartikan sebagai kuasa kegelapan tempat berkuasanya drakula, hantu, dan lain-lain. Dark energy yang dibahas di sini adalah masalah ilmu pengetahuan alam.


Dark Matter atau materi gelap adalah sebuah nama untuk materi di alam ini yang tidak pernah bisa diketahui struktur intenalnya. "Dark" atau gelap digunakan oleh ilmuwan untuk me-label-kan obyek yang tidak terjelaskan.

Dark Matter adalah nyata. Pengaruh gravitasi dan energy-nya atau disebut Dark Energy dapat di detekasi dan dirasakan. Bahkan dark matter mengisi 23% massa materi di alam semesta ini, dan Dark Enegy menguasai 73% dari energi yang ada di alam semesta ini. Namun dark matter tidak memancarkan cahaya, dari namanya juda Dark dan kita tidak pernah tahu terbentuk dari partikel apakah dark matter itu.



Para astronom bisa mengamati benda-benda langit, seperti bintang dan galaksi, karena benda-benda itu memancarkan cahaya. Benda-benda langit yang menghasilkan cahaya itu dikategorikan sebagai materi terang. 

Ada benda-benda langit lain yang tidak memancarkan cahaya, seperti lubang hitam (black hole), bintang katai gelap, dan awan gas antarbintang.

Benda-benda gelap itu memang sulit diamati karena tidak langsung memancarkan gelombang yang dapat dideteksi oleh manusia. Kadang-kadang keberadaannya diketahui secara tidak langsung.

Sebagai contoh, keberadaan awan gas antarbintang diketahui dari serapan cahaya bintang di belakang awan itu. Kalau di belakangnya tidak ada bintang, tentu awan antarbintang itu tidak akan terdeteksi.


Contoh lain, sumber sinar-X, Cygnus X-1, diyakini sebagai lubang hitam, bukan karena kelihatan, tetapi karena beberapa fakta mendukung keyakinan itu. Di dekat lubang hitam itu ada sebuah bintang yang sedang diisap oleh lubang hitam itu. 

Materi yang mengalir dari bintang ke lubang hitam itu memancarkan sinar-X yang kuat. Dari pengamatan sinar-X itulah diyakini ada lubang hitam di sana. Lubang hitam yang berkelana sendirian di angkasa luar, jauh dari benda-benda lain, sulit terdeteksi keberadaannya.

Pengetahuan tentang materi gelap masih terus berkembang. Sekarang bahkan para ahli menduga bahwa kontributor terbesar dark mater adalah WIMP (weakly interacting massive particle) atau partikel bermassa besar tetapi hampir tidak berinteraksi dengan partikel lain.

Materi gelap seperti WIMP ini diduga memberikan kontribusi 25-30 persen dari massa alam semesta. Bintang-bintang hanya 0,5 persen. Lalu, yang sebagian besar apa? Hasil pengamatan menjurus ke arah dark energy.

Mekanisme


Apa itu dark energy? Bagaimana mekanisme pembentukannya? Apa hubungannya dengan materi biasa? Hukum fisika apa yang berlaku padanya? Berbagai pertanyaan mendasar itu sampai sekarang belum ditemukan jawabannya dengan pasti. 

Hanya sifatnya yang berlawanan dengan gravitasi yang diketahui. Kalau gravitasi bersifat tarik-menarik, energi gelap dihasilkan oleh sesuatu yang bersifat tolak-menolak (repulsive).

Bayangkan, misalnya, kalau gaya antara kita dengan Bumi tiba-tiba berubah menjadi bersifat tolak-menolak, maka kita akan terlontar ke angkasa, makin lama makin jauh dari Bumi. Mana mungkin kita bisa hidup, mengerikan bukan?

Bagaimana para ilmuwan mengetahui bahwa dark energy itu ada kalau tidak tahu apa penyebabnya? Keberadaan dark energy diketahui dari pengamatan supernova yang terjadi di galaksi-galaksi yang jauh. Sebagaimana kita ketahui, di dalam sebuah galaksi terdapat banyak sekali bintang, bisa mencapai ratusan miliar jumlahnya.

Pada saat terjadi supernova, salah satu bintang di dalam galaksi itu meledak. Demikian dahsyatnya supernova sehingga bintang yang meledak itu tampak jauh lebih cemerlang daripada bintang-bintang lain. Kadang-kadang supernova malah lebih cemerlang daripada jumlah kecemerlangan semua bintang di galaksi induknya. 



Supernova adalah ledakan mahadahsyat yang menandai berakhirnya riwayat sebuah bintang bermassa besar. Energi total yang dipancarkan oleh supernova dalam beberapa detik bisa setara dengan pancaran energi sebuah bintang dalam kurun waktu jutaan hingga miliaran tahun.

Output energi supernova jenis tertentu dapat dihitung para astronom berdasarkan sifat-sifat pancaran radiasinya. Supernova-supernova itu ternyata tampak lebih redup daripada yang diperhitungkan secara teoretis.

Jarak jauh


Orang mungkin bisa mengatakan, jaraknya yang jauh itu membuat supernova tampak redup. Namun, meskipun para astronom sudah memasukkan faktor jarak itu ke dalam perhitungan, tetap tidak cukup untuk membuat supernova tampak seredup yang diamati. 

Berbagai kemungkinan penjelasan sudah dicoba, tetapi hanya pada keberadaan dark energy masih terbuka kemungkinan penjelasan mengapa supernova-supernova itu begitu redup.

Penjelasannya adalah bahwa supernova itu bergerak menjauh dipercepat, artinya galaksi induknya juga menjauh dipercepat. Bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauh umumnya disepakati oleh para astronom karena fakta pengamatan menunjukkan demikian.

Menurut hukum gravitasi Newton, gerakan saling menjauh itu haruslah melambat karena adanya gaya tarik-menarik antarbenda di dalam alam semesta. 

Sama seperti batu yang dilemparkan vertikal ke atas, geraknya makin lama makin lambat karena ketika batu itu bergerak ke atas, ada gaya gravitasi bumi yang menariknya ke bawah.

Yang menjadi masalah adalah pengamatan supernova yang jauh itu mengindikasikan gerakan saling menjauh galaksi-galaksi itu makin lama makin cepat. 

Apa yang menyebabkan percepatan itu? Mesti ada suatu gaya semesta yang berlawanan sifat dengan gravitasi, yang mendorong galaksi-galaksiĆ¢?"tempat terjadinya supernova itu menjauh. Gaya itu diduga berasal dari dark energy.

Penemuan dark energy ini sangat berpengaruh pada teori tentang alam semesta yang didasarkan pada asumsi bahwa gaya antara dua benda selalu tarik-menarik. Kalau ada gaya tolak antarbenda, berarti asumsi dasar teori alam semesta tidak sepenuhnya benar. 

Kalau pembuatan dasar sebuah bangunan tidak kuat, bangunan itu bisa runtuh. Apa yang terjadi kalau dasar sebuah teori, seperti teori alam semesta itu, salah? Bisa jadi teori lama akan runtuh dan para ilmuwan harus membangun teori baru.

Mulai terkuaknya misterii “Dark Energi”


Dengan menggunakan 'kaca pembesar raksasa galaksi' tim ilmuwan internasional yang dipimpin Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, menyimpulkan distribusi dark energy berarti alam semesta tak akan pernah berhenti tumbuh, berkembang.

Temuan ini, yang akan dipublikasikan alam jurnal Science Kamis 19 Agustus 2010 juga menemukan pada akhirnya dark energy akan mati dan menjadi seolah gurun dingin.

Para ilmuwan menggunakan Hubble dan teleskop besar milik Badan Antariksa Eropa (ESO), Very Large Telescope untuk mengobservasi bagaimana cahaya dari bintang yang jauh terdistorsi di dekat gugus atau klaster galaksi yang dinamakan Abell 1689.

Galaksi-galaksi tersebut yang ditemukan di konstelasi Virgo adalah salah satu klaster galaksi terbesar yang dikenal dalam ilmu pengetahuan.

Karena massanya yang besar, ilmuwan mengatakan itu seakan adalah sebuah kaca pembesar kosmik yang menyebabkan cahaya membelok di sekitarnya. 


Info : Dari Berbagai Sumber 

Seri Politik dalam Kehidupan: Perseteruan Thomas Edison dengan Nikolas Tesla

Dunia telah dihiasi dengan perseteruan, perang berkaitan dengan ambisi untuk mendapatkan dominasi dan kekuasaan. Hal ini juga terjadi di dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya penemuan mengenai pengembangan listrik. Pertanyaannya adalah mengapa arus listrik yang didistribusikan PLN adalah arus AC dan bukan DC? Ada cerita persaingan menarik dibalik kenapa kita sekarang memakai arus AC. Inilah kisah nyata perang arus tersebut.

Nicola Tesla
Nicola Tesla adalah seorang jenius, penemu berbagai aplikasi yang berkaitan dengan listrik. Sebut saja lampu neon, remote control, dan masih banyak lainnya. Banyak penemuannya yang baru terasa kegunaannya puluhan tahun kemudian. Saking jeniusnya, banyak yang memitoskan Nikola Tesla. Sebagian rancangan temuannya disembunyikan oleh pemerintah AS karena takut ditemukan pihak musuh (Jerman saat itu). Bahkan Hollywood pernah memakai namanya untuk suatu penemuan mesin listrik pengcopy mahkluk hidup dalam film “The Prestige”. 

Temuannya yang masih banyak membuat orang kagum karena ditemukan puluhan tahun yang lalu adalah gelombang mikro dan lampu neon. Pada Expo Fair 1893 di Chicago, Tesla mendemonstrasikan lampunya yang dapat dipegang dan bersinar lebih terang dari lampu Edison. Itulah dasar dari lampu neon. Apa yang ditemukan Tesla merupakan dasar untuk lampu hemat energi yang dikembangkan seratus tahun kemudian. Artinya, Tesla sudah memikirkan soal hemat energi dari listrik. Benarkah? Tentu saja tidak. Mana mungkin orang jaman dulu berfikir hemat listrik, lha wong listrik baru saja dimulai pemakaiannya. 

Sedangkan temuan gelombang mikro dipakainya untuk mengirim kode morse tanpa kabel, menghancurkan gedung, dan remote control. Sayangnya penciptaan alat pengirim kode morse tanpa kabel didahului oleh Marconi. Padahal Marconi dalam membuat pemancar radionya memakai 17 alat temuan Tesla yang sudah dipatenkan. Sedangkan gelombang mikro penghancur gedung kemudian dikembangkan menjadi alat masak microwave yang sekarang menjadi alat masak wajib bagi rumah tangga di negara-negara maju. Remote control sudah didemonstrasikannya pada 1898 dan baru digunakan dalam kehidupan rumah tangga pada 1960-an.

Nikola Tesla dilahirkan di kota Smiljan pada 10 Juli 1856 sebagai keturunan Serbia. Smiljan sekarang berada di wilayah Kroasia. Kepandaiannya mengantarkan Tesla bekerja pada perusahaan Thomas Alva Edison di Perancis, dan kemudian ditarik ke Amerika Serikat.

Thomas Alva Edison adalah penemu berbagai aplikasi yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari sampai saat ini, seperti lampu, phonograph, dan kamera perekam gerak. Ia juga disebut “tukang sihir dari Menlo Park”, saking hebatnya penemuan-penemuannya. Edison juga seorang pengusaha yang sukses.

Tesla hanya setahun bekerja pada Edison. Ia keluar dari perusahaan Edison karena Edison ingkar janji, tak membayar gaji yang dijanjikannya sebesar $50.000. Ia kemudian bergabung dengan Westinghouse, seorang pesaing Edison. Ibarat langit dan bumi dengan Edison, Westinghouse adalah seorang gentleman yang selalu memegang janji. Mereka menjadi partner yang sempurna, dan kerjasama Tesla dengan Westinghouse menghasilkan banyak temuan menakjubkan.

Di awal penggunaan listrik, arus listrik langsung (Direct Current atau DC) mendominasi distribusi listrik di Amerika Serikat. DC merupakan pilihan Edison dimana perusahaannya, General Electric, mendominasi penjualan peralatan listrik. DC merupakan arus listrik yang fleksibel karena dapat menyalakan alat listrik dengan voltase rendah ataupun tinggi. Di samping itu, listrik DC dapat disimpan dalam sebuah baterei.




Add captionGenerator DC Edison di Los Angeles. Bangunan tempat generator ini berada adalah banguna pertama yang dialiri listrik di dunia
Namun demikian DC memiliki kelemahan. Generator listrik harus berada paling jauh 1 mil dari pengguna listrik. Jika tidak, ada kecenderungan voltase akan drop karena besarnya gesekan antara listrik dengan konduktornya. Oleh sebab itu, di setiap area dibutuhkan generator listrik tersendiri. Di samping itu, DC tidak mudah diubah voltasenya sehingga setiap voltase harus dihasilkan oleh satu generator listrik tersendiri. Misalnya diperlukan listrik dengan tiga voltase berbeda maka harus disediakan tiga generator listrik yang menghasilkan voltase berbeda. Oleh sebab itu, kabel yang membawa listrik tersebut memiliki diameter lebih dari 10 cm karena membawa listrik berbagai voltase. Dan biaya untuk hal ini tentu sangat mahal.

Ketika masih jadi pegawai Edison, Tesla sudah memperingatkan kelemahan DC ini dan mengusulkan arus alternatif yaitu AC (Alternating Current). Namun Edison menolaknya dan mengatakan ide itu absurd. AC memang tidak dapat disimpan dalam batere dan tidak sefleksibel DC dalam menyediakan voltase yang berbeda. AC hanya menghasilkan listrik bervoltase tunggal dan tinggi pula. Namun kelemahan ini dapat ditanggulangi dengan transformator, begitu penjelasan Tesla. Tapi Edison tak mau mendengar.


Setelah keluar dari perusahaan Edison, Tesla membawa idenya ke Westinghouse. Oleh Westinghouse, ide Tesla diterima dan dipraktikkan pada Expo Fair 1893 di Chicago. Hasilnya sukses besar. Listrik AC ternyata dapat diwujudkan dengan ongkos yang murah meriah. AC memang diciptakan untuk mengatasi kelemahan DC. Lokasi generator listrik penghasil AC dapat lebih jauh dari satu mil dari pengguna. Di samping itu, AC hanya memerlukan satu generator saja. Ketika sampai ke pengguna, penurunan voltase diserahkan pada transformator yang kecil dan murah. Jadi tidak memerlukan banyak generator untuk menghasilkan berbagai voltase. Oleh sebab itu, transmisi listrik AC hanya membutuhkan kabel yang jauh lebih kecil dan biaya yang juga jauh lebih kecil.

Saat itu, diyakini air terjun Niagara dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar. Perusahaan Niagara Falls Power Company (NFPC) mengadakan tender untuk memproduksi listrik dari jeram Niagara untuk kota Buffalo, kota terdekat dengan jeram Niagara. NFPC tentu tidak gegabah memilih 19 proposal yang dikirim perusahaan listrik termasuk milik Edison dan Westinghouse (rekan bisnis Tesla). Jelas, Edison menggunakan metode DC dan Westinghouse menggunakan metode AC dengan mesin yang patennya dimiliki Tesla.



Dan akhirnya diputuskan metode AC yang menang. Pertimbangannya adalah biaya yang lebih murah, suksesnya Westinghouse menyediakan listrik untuk Expo Fair 1893 di Chicago, juga banyaknya peralatan listrik yang dibuat untuk listrik AC oleh Westinghouse.

Sebelum pemenang diumumkan, Tesla mengatakan bahwa jeram Niagara tidak hanya dapat menghasilkan listrik untuk kota Buffalo, tapi juga untuk seluruh wilayah timur AS, asal menggunakan AC sebagai metode penghasil listrik (tentu saja kondisi waktu itu berbeda dengan kondisi sekarang dimana wilayah timur AS Konsumsi listriknya luar biasa besarnya). 

Kemenangan Westinghouse dan Tesla membuat berang Edison. Ia tahu, dengan kemenangan ini Westinghouse akan ditunggu oleh berbagai proyek distribusi listrik. Berarti uang jutaan dollar melayang dari tangannya.




Akhirnya Edison melakukan kampanye hitam, menuduh AC tidak aman bagi manusia. Edison mengumumkan bahwa hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, ataupun hewan ternak seperti sapi maupun kuda dapat mati kalau kena aliran listrik AC. Selanjutnya, ia juga membuat film dokumenter bagaimana seekor gajah sirkus yang sebelumnya telah membunuh 3 orang dieksekusi mati dengan menggunakan listrik AC. Alih-alih ingin kampanye hitam, justru film Edison ini memicu ide pembuatan kursi listrik untuk mengeksekusi terpidana mati.

Perang arus listrik baru berhenti setelah Edison mengaku menyesal tidak mendengarkan ide Tesla sebelumnya. Akhirnya perusahaan Edison, General Electric, mau memproduksi alat listrik yang menggunakan AC. Dapat dimaklumi mengapa Edison tidak faham dengan ide Tesla. Edison adalah penemu ulung, namun pendidikannya kurang karena tidak menyelesaikan sekolah dasar resminya, dan pengetahuannya berkembang karena otodidak. Hal itu menyebabkan Edison tidak mampu membaca rumusan matematika yang kompleks. Padahal ide Tesla dapat difahami jika memiliki ketrampilan menggunakan matematika.

Sekarang penggunaan listrik AC sudah mendunia. Metode DC benar-benar ditinggalkan untuk listrik bervoltase tinggi. Terakhir tercatat kota Stockholm di akhir 1970an mengakhiri penggunaan DC. Sedangkan di AS, generator listrik DC terakhir ditutup tahun 2007. Sekarang pengguna DC dapat menggunakannya melalui converter atau umum disebut adaptor. Sampai saat ini listrik DC tetap dipakai untuk alat listrik bervoltase rendah seperti radio dan mainan.


Tapi cerita belum selesai. Perkembangan teknologi selanjutnya memungkinkan munculnya High Voltage Direct Current (HVDC) untuk mengatasi kelemahan AC. HVDC memungkinkan listrik disalurkan dengan lebih efisien dibanding metode AC karena dapat mengalirkan listrik lebih jauh. Aplikasinya digunakan untuk menyalurkan listrik melalui kabel bawah laut. Bayangkan jika panjangnya 50 mil, maka dengan memakai AC setiap 10 mil harus dibangun penguat listrik di bawah air. Kalau kedalamannya 100 meter, bagaimana membangunnya?

Penemuan hebat Tesla yang lain adalah mobil listrik. Mobil listrik temuan Tesla tidak menggunakan baterai, tetapi menggunakan ether yang terdapat di udara. Proyek mobil listrik ini dilaksanakan pada tahun 1931, dibiayai oleh Pierce Arrow dan Westinghouse. Namun ciptaan Tesla ini disabotase oleh J.P. Morgan, J.D. Rockefeller dan Henry Ford. Rockefeller memberangus mobil listrik Tesla, karena jika mobil tak lagi memerlukan gasoline, maka perusahaan minyaknya, Standard Oil Company akan bangkrut. Adapun Henry Ford membekap mobil listrik Tesla, karena perusahaannya memproduksi mesin-mesin mobil yang menggunakan gasoline!

Inilah mobil listrik temuan Tesla. Keren, anti polusi, dan tak memerlukan gasoline. Sayang keburu ‘dibunuh’ oleh para raksasa minyak dan produsen mesin mobil pengguna minyak
Pada masa tuanya, Tesla ditinggalkan oleh sahabat-sahabat dekatnya yang sudah lebih dulu meninggal. Orang yang ‘melistrikkan’ planet bumi ini hampir terlupakan oleh dunia. Menjelang akhir hidupnya, ia banyak menghabiskan waktu dengan memberi makan burung merak di Bryant Park, Fifth Avenue. Tesla meninggal pada 7 Januari 1943.

Tesla tak pernah menikah dan tidak memiliki ahli waris. Ia juga tidak meninggalkan surat wasiat. Maka setelah ia meninggal, semua karya tulis dan penemuan-penemuannya diambil oleh FBI dan dibawa ke Washington City dalam klasifikasi TOP SECRET. Penemuan-penemuannya di kemudian hari menjadi dasar pembuatan senjata massal yang dikembangkan oleh Pentagon.

Selasa, 01 Oktober 2013

Orang Yahudi AS Makin Tak Beragama

WASHINGTON, Orang-orang Yahudi di Amerika Serikat (AS) sangat bangga menjadi Yahudi. Namun, hampir satu dalam setiap lima orang Yahudi AS menggambarkan diri mereka tidak beragama. Demikian menurut sebuah survei Pew Research Center yang dipublikasikan Selasa (1/10/2013).



Kesenjangan itu bersifat antargenerasi. Sebanyak 32 persen generasi Yahudi saat ini mengidentifikasi diri sebagai orang Yahudi berdasarkan keturunan, etnis, atau budaya, sementara 93 persen orang Yahudi yang lahir tahun 1914-1927 mengidentifikasi diri berdasarkan iman mereka.

"Pergeseran identifikasi diri dalam masyarakat Yahudi (AS) mencerminkan perubahan yang lebih luas di masyarakat AS," kata Pew’s Religion and Public Life Project dalam sebuah ringkasan laporannya yang setebal 210 halaman. "Orang-orang Amerika secara keseluruhan, bukan hanya orang Yahudi, semakin menjauhkan diri dari setiap afiliasi agama," kata laporan itu. Masih menurut laporan tersebut, sebanyak 22 persen rakyat Amerika mengidentifikasi diri sebagai orang yang tidak beragama.

Walau demikian, 94 persen responden mengatakan, mereka sangat bangga menjadi orang Yahudi. Sebanyak tujuh dari 10 orang merasa sangat melekat atau agak dekat dengan Israel. Menurut Pew, proporsi itu pada dasarnya tidak berubah sejak pergantian abad ke-21. 

Hanya 38 persen responden yang merasa Pemerintah Israel membuat upaya tulus menuju perdamaian dengan Palestina, sementara 44 persen lainnya berpikir bahwa permukiman Yahudi di Tepi Barat merugikan kepentingan keamanan Israel.

Pew mewawancarai 3.475 orang Yahudi Amerika melalui telepon dari 20 Februari sampai 13 Juni untuk studi tersebut. Adapun kemungkinan margin error dari survei itu sekitar tiga persen.

Pengungkapan temuan itu bertepatan dengan kunjungan ke Amerika Serikat oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sumber : AFP

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tanggapan codebreakers